Emak
aku lelah tak berdaya
aku terperangkap dalam pertarungan sangkar dunia
aku tewas oleh deras arus lautan pancaroba menghempas pantai kehidupan.
Emak
mengapa dunia ini antonim dengan akal fikirku
bukankah dahulu pada waktu kecilku
engkau berkisah sambil mengusap rambutku
perihal sang semut dan merpati
juga sang singa yang membalas budi
betapa indahnya pengajaranmu dahulu
terpahat kemas dalam ingatanku selalu
namun realiti kehidupan bukan begitu
aku kaku keliru.
Emak
wajahku mencair dek terlalu malu
ingin kumenjerit sekuatnya
ingin kumenyorok muka
agar engkau tidak melihat kegagalanku
tapi apa dayaku tak mampu berpaling darimu.
Emak
dahulu waktu kecilku sewaktu ditanya
tujuan hidupku untuk membahagiakanmu
aku berazam menghiasi dirimu dengan gelang rantai emas
membalas pengorbananmu melurutkan perhiasanmu ke pajak gadai
untuk memberi kakak, aku dan adik-adik makan
tapi apa daya angan-angan
terkubur dek kejamnya realiti kehidupan.
Emak
aku rindu
harum baumu yang tak mungkin setara nilai dunia
indah senyummu yang tiada dua
lembut belaianmu hangat pelukanmu
wajahmu yang tenang menantiku
penawar mujarab rentan jiwaku.
Emak
berbahagialah engkau di sana
aku pasti akan pulang
selagi berdiri atas bumi Tuhan
doa tak putus kukirimkan
akanku bangkit daripada kegagalan
mengharum namamu di langit Tuhan
mak, berbahagialah mak!