Katanya,
mentari kan terbit dinihari,
hujan kekal ada,
walau kemarau munculkan diri,
anehnya,
samar hingga kini.
Katanya,
saat ada yang rawan,
bukit kan ditawan,
saat ada tangis,
pangkalnya kan ditangkis,
ternyata cuma ayat manis.
Janjinya nan manis,
sekilas ditabur rata,
manisnya duhai butir bicara,
kata dihias aneka rasa,
melimpah segala rempahnya,
wajarnya ia dikota,
ternyata drama semata.
Karya ini adalah © Hak Cipta Terpelihara WadahDBP. Sebarang salinan tanpa kebenaran akan dikenakan tindakan undang-undang.