Di bawah langit biru nan luas,
Dalam lorong waktu yang terus berlalu,
Kemanusiaan bersimpuh dalam duka,
Menatap masa depan yang suram.
Di pelosok bumi, air mata berlinang,
Anak-anak terlantar, lapar dan kedinginan,
Bukankah mereka penerus cita-cita,
Mengapa dibiarkan terluka dan terabaikan?
Tangan-tangan tak berdosa terulur,
Memohon pertolongan dari sesama,
Namun sering kali tak terdengar esaknya,
Tersesat dalam gemuruh hiruk-pikuk dunia.
Ketidakadilan menjerat kemanusiaan,
Kesenjangan sosial merajalela,
Lupa bahwa kita semua manusia,
Saling menyayangi, saling mengasihi.
Puisi ini adalah seruan dari hati,
Untuk menghidupkan rasa kemanusiaan,
Satukan langkah, jangan terpecah,
Sambutlah dunia dengan penuh cinta.
Jangan biarkan luka terus berdarah,
Berikan kehangatan pada jiwa yang beku,
Setitik kasih bisa mengubah dunia,
Menebarkan harapan bagi yang terluka.
Bersama-sama, kita bisa merubah,
Membangun dunia yang lebih baik,
Puisi kemanusiaan ini mengajak,
Untuk menyatu, bersama berjalan.
Hentikan perang, berlarilah damai,
Tukang sapu dan raja sama berarti,
Beranjaklah dari tidur panjang,
Menyongsong pagi dunia yang baharu.
Saatnya meneguhkan kemanusiaan,
Menjadi cahaya di tengah kegelapan,
Dengan kasih, niatkan kebaikan,
Agar harmoni senantiasa tercipta.
Marilah, satukan hati dan pikiran,
Bersama kita tuntaskan misi mulia,
Puisi kemanusiaan ini pun berakhir,
Namun semangatnya tetap terpancar jaya.