Sukarnya mata ini terpejam
bonda,
sungguh gelarnya terpuji
celiknya mata untuk menatap sang permata hati
jadi hamparan tak terhitung nilainya
bukan halangan baginya bermesra
gelak dan tawa berganti pergi
pada si kecil yang lahirnya dinanti.
Diurus bagai menatang minyak yang penuh
dikelek bagai tiada hari esok
dianggap teman setia
sahmura biru tersarung indah di manisnya jari
nilainya masih tidak terganti
dengan hadirnya nyawa titipan Ilahi.
Anak,
hadirnya membawa luka
dukanya terasa sungguhpun dalam
cerianya juga menjadi pelengkap hari
seperti bianglala selepas kerpasan
rencahnya hidup sebuah keluarga.
Di setiap gerak nadi
sang bonda ternanti siangnya tiba
tanda untuk bermanja sayang
tika labuhnya tirai malam
kelemayar bulan mengintip malu di sebalik jendela
nyanyian syahdu didendang ringan
pengantar tidur permata indahnya
tanpa merasa kedap tembung waktu berlalu.