Untuk pulang yang selalu ditanya bila,
untuk sesosok diri yang dinanti wajahnya di hadapan pintu rumah,
ada rindu semakin berat laksana sauh berlabuh ke dasar laut,
semakin dalam mencengkam relung hati,
manakan tidak perginya malam purnama,
pulangnya juga berpandukan bintang cakerawala.
Rindu dendam berkecamuk laksana amukan laut,
kugagahkan jua tangan memutar kemudi,
biar pulang jadi nakhoda ternama,
demi bonda dan ayahanda,
meskipun air mata menyamar jadi keringat,
tidak akan pelaut ini lemas,
terpesona tenangnya wajah lautan.
Meskipun berabad lama anakmu ini belajar membaca samudera,
tetap saja kedua-dua kakinya berjalan pulang ke rumah,
sudah resmi daratan tujuan pelaut,
meski cintanya terhadap samudera tetap ada.
Karya ini adalah © Hak Cipta Terpelihara WadahDBP. Sebarang salinan tanpa kebenaran akan dikenakan tindakan undang-undang.
