Bagaimana bisa aku membencimu, Mersing
sedangkan tubuhmu
pernah diluka sejarah cinta.
Biarpun kau bersimbah darah cinta,
tapi aku tahu dalam parut cintamu,
ada serpihan kata-kata
yang masih aku ingati –
“Kajang Pak Malau, kajang berlipat,
kajang saya mengkuang layu,
dagang Pak Malau, dagang bertempat,
dagang saya musafir lalu”.
Ibnu Arrazy
Karya ini adalah © Hak Cipta Terpelihara WadahDBP. Sebarang salinan tanpa kebenaran akan dikenakan tindakan undang-undang.